Liputan6.com, Jakarta - Asma termasuk dalam kategori Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang umum dialami oleh anak-anak, orang dewasa, hingga lanjut usia. Pengobatan farmakologis yang tersedia saat ini cukup efektif dalam meredakan serangan asma, namun belum sepenuhnya mampu mengendalikan perkembangan penyakitnya.
Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah penderita asma, meskipun kemajuan di bidang pengobatan terus berkembang. Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI, secara medis, asma memang tidak bisa disembuhkan secara total. Meski begitu, gejala klinisnya tetap dapat dikendalikan dengan baik.
Baca Juga
Karena terapi farmakologis tidak dirancang untuk menyembuhkan asma secara menyeluruh, upaya pencegahan terhadap paparan faktor risiko menjadi langkah yang lebih diprioritaskan dibandingkan pengobatan semata.
Advertisement
Intervensi sedini mungkin untuk menghindari atau mengurangi paparan faktor risiko penyebab hiperreaktivitas saluran napas dapat membantu penderita dalam mengontrol asmanya dengan lebih baik.
Asma merupakan penyakit pernapasan kronis yang disebabkan oleh peradangan pada saluran udara atau bronkus. Peradangan ini menyebabkan pembengkakan serta meningkatnya sensitivitas saluran pernapasan.
 Akibatnya, saluran udara menyempit sehingga aliran udara ke paru-paru menjadi terbatas. Selain itu, peradangan juga merangsang produksi lendir berlebih oleh sel-sel saluran pernapasan, yang kemudian semakin mempersempit saluran udara dan membuat penderitanya kesulitan bernapas.
Salah satu anggapan keliru yang banyak diyakini adalah bahwa asma bisa sembuh total. Padahal, kenyataannya asma adalah penyakit yang bisa diobati dan dikendalikan, tetapi tidak dapat disembuhkan secara permanen.
Â
Faktor Risiko Asma
Faktor risiko lain yang dapat memicu penyakit asma, antara lain :
- Rokok
- Bulu binatang
- Udara dingin
- Infeksi virus
- Paparan zat kimia
- Aktivitas fisik
- Infeksi paru-paru dan saluran napas bagian atas.
- Pekerjaan tertentu seperti tukang las, kayu, atau pekerja pabrik tekstil.
- Emosi yang berlebihan (tertawa terbahak-bahak atau kesedihan yang berlarut-larut).
- Alergi makanan, seperti kacang-kacangan.
Seseorang yang mengidap asma bisa mengalami beragam gejala, seperti :
- Sesak dada
- Batuk, terutama pada malam atau dini hari
- Sesak napas dan
- Mengi, yang menyebabkan suara siulan saat mengeluarkan napas.
Pola gejala pada setiap pengidap asma pun bisa berbeda. Meski begitu, pola gejala yang paling umum yaitu :
- Datang dan pergi seiring waktu atau dalam hari yang sama
- Mulai atau memburuk dengan infeksi virus, seperti pilek
- Dipicu oleh olahraga, alergi, udara dingin, atau hiperventilasi karena tertawa atau menangis
- Lebih buruk di malam hari atau di pagi hari.
Â
Advertisement
Apakah Asma Bisa Sembuh?
Asma termasuk penyakit kronis yang menyerang saluran pernapasan. Asma tergolong penyakit kronis karena berlangsung lama, sering kambuh, dan membutuhkan penanganan jangka panjang.
Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit asma sepenuhnya. Namun, gejala asma bisa dikontrol dengan perawatan yang tepat dan penerapan gaya hidup yang sehat.
Pengobatan dari dokter bertujuan untuk mengendalikan gejala dan meminimalkan kambuhnya serangan asma. Obat asma yang digunakan biasanya berupa inhaler, nebulizer, atau obat minum anti-radang.
Pada kasus asma berat, dokter mungkin akan meresepkan obat omalizumab atau mepolizumab. Obat ini bekerja dengan cara menargetkan komponen sistem imun yang memicu peradangan saluran napas, sehingga membantu mengontrol gejala asma yang sulit dikendalikan dengan obat biasa.
Meskipun asma tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, dengan pengelolaan yang tepat, tetap bisa menjalani hidup yang aktif dan produktif.
Cara Mengendalikan Gejala Asma
Daripada terus khawatir memikirkan apakah asma bisa sembuh atau tidak, lebih baik jalani langkah untuk mengendalikan gejala asma atau mencegah serangannya.
Berikut ini adalah berbagai cara mengendalikan gejala asma yang bisa diterapkan :
- Kenali dan hindari pemicu asma, misalnya asap rokok, asap kendaraan, debu, bulu hewan peliharaan, atau bahan kimia tertentu.
- Jagalah kebersihan lingkungan, seperti rutin mengganti sprei dan menyapu lantai.
- Jangan merokok dan hindari asap rokok.Gunakan masker ketika pergi keluar rumah, terutama saat polusi udara buruk.
- Pastikan menggunakan obat pereda dan pengontrol asma sesuai resep.
- Konsumsi makanan sehat.
- Olahraga secara rutin, misalnya jalan kaki, berenang, atau bersepeda.
- Pertahankan berat badan ideal.
- Usahakan untuk tidur dengan posisi telentang atau miring.
Kesimpulannya, menjalani perawatan yang tepat dan gaya hidup sehat sangat penting bagi penderita asma untuk mengelola gejala dan mengurangi frekuensi kambuhnya serangan asma.
Pencegahan Asma
Masalah paru yang satu ini adalah jenis penyakit yang dapat dikendalikan dengan mengatur pola hidup sehat.
Selain itu, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut :
- Mengenali dan menghindari pemicu asma
- Mengikuti anjuran rencana penanganan asma dari dokter
- Melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan mengenali penyebab serangan asma
- Menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara teratur
- Memonitor kondisi saluran napas.Â
Â
Â
Referensi :
Fitria Saftarina. 2021. Penatalaksanaan Holistik Asma Persisten Sedang pada Pasien Perempuan 36 Tahun Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal Kesehatan Universitas Lampung.
Nursalam Laily Hidayati, dkk. 2019. Faktor Risiko Asma dan Perilaku Pencegahan Berhubungan dengan Tingkat Kontrol Penyakit Asma. Jurnal Ilmiah Keperawatan, Univesitas Airlangga Surabaya.
Andi Suryowinoto, dkk. 2020. Deteksi Dini Penyakit Pernafasan Asma dengan Peak Expiratory Flow Meter Berbasis Microcontroller. Jurnal Ilmiah teknologi Institut Tehnologi Adhitama, Surabaya.
Ikha Darmayanti, dkk. 2015. Asma pada Anak Indonesia : Penyebab dan Pencetus Asma pada Anak Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI Jakarta.
Sezgin, M., E., et al. 2024. Efficacy of Mepolizumab and Omalizumab Combination Therapy in Uncontrolled Asthma. Journal of Asthma. 61(2), pp. 173-175.
Â