Sukses

Gunung Slamet dan Ramalan Terbelahnya Pulau Jawa

Gunung Slamet, yang terletak di tengah Pulau Jawa, diyakini sebagai titik kunci yang akan memicu peristiwa tersebut. Letak geografis Gunung Slamet yang membentang dari utara ke selatan memperkuat kepercayaan ini.

Diperbarui 08 Jun 2025, 00:00 WIB Diterbitkan 08 Jun 2025, 00:00 WIB

Liputan6.com, Yogyakarta - Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah, menyimpan mitos kuno yang masih dipercaya masyarakat hingga saat ini. Salah satu kepercayaan yang paling mencolok adalah ramalan bahwa letusan gunung ini akan membelah Pulau Jawa menjadi dua.

Mengutip dari berbagai sumber, mitos ini berkaitan dengan ramalan Prabu Jayabaya, raja Kerajaan Kediri yang hidup pada abad ke-12. Dalam ramalannya, disebutkan bahwa suatu hari Pulau Jawa akan terbelah akibat aktivitas vulkanik.

Gunung Slamet, yang terletak di tengah Pulau Jawa, diyakini sebagai titik kunci yang akan memicu peristiwa tersebut. Letak geografis Gunung Slamet yang membentang dari utara ke selatan memperkuat kepercayaan ini.

Masyarakat sekitar meyakini bahwa retakan besar akan muncul sepanjang garis ini jika gunung tersebut benar-benar meletus dengan skala besar, mirip dengan peristiwa pemisahan Jawa dan Sumatra akibat letusan Krakatau Purba. Secara historis, Gunung Slamet tercatat telah meletus lebih dari 30 kali sejak tahun 1772.

Akan tetapi, letusannya cenderung bersifat eksplosif lemah dengan leleran lava dan abu vulkanik. Letusan terakhir terjadi pada 2009, tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan besar.

Meski demikian, masyarakat Dusun Bambangan dan wilayah sekitarnya percaya bahwa Gunung Slamet belum menunjukkan letusan sesungguhnya. Para sesepuh masyarakat setempat meyakini bahwa aktivitas vulkanik yang terjadi selama ini belum menunjukkan letusan yang sesungguhnya.

 

2 dari 2 halaman

Retakan Besar

Jika suatu saat meletus secara dahsyat, dipercaya akan memicu retakan besar yang membelah Jawa. Nama slamet sendiri berarti selamat dalam bahasa Jawa, yang dianggap sebagai doa agar gunung ini tidak menimbulkan bencana besar.

Masyarakat sekitar rutin menggelar upacara ruwat bumi setiap tahun pada bulan Sura atau Muharam. Ritual ini bertujuan memohon keselamatan dan menjaga keseimbangan alam.

Selain itu, Gunung Slamet dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa dalam mitologi Hindu, termasuk Dewa Brahma dan Wisnu. Beberapa pendaki melaporkan fenomena aneh di sekitar Gunung Slamet, seperti suara gemuruh tanpa sumber jelas atau penampakan makhluk halus.

Pos Samarantu, salah satu titik pendakian, dikenal sebagai area angker yang diyakini sebagai gerbang menuju kerajaan gaib. Kepercayaan akan adanya penunggu gunung, seperti Mbah Jamur Dipa, juga memperkuat mitos ini. Masyarakat meyakini bahwa makhluk halus tersebut akan marah jika manusia tidak menghormati aturan adat, termasuk larangan berbicara kasar atau berbuat kerusakan selama pendakian.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

EnamPlus