Liputan6.com, Jakarta - Menggigit kuku mungkin terlihat sepele, namun kebiasaan ini menyimpan dampak serius bagi kesehatan dan bahkan bisa mencerminkan kondisi psikologis seseorang.
Dalam dunia medis, kebiasaan menggigit kuku secara kronis dikenal dengan istilah onikofagia (onychophagia), yang merupakan bagian dari gangguan perilaku berulang.
Dikutip dari Psychology Today dan Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, Senin (2/5/2025), kebiasaan ini tidak hanya terkait dengan rasa bosan atau stres.
Advertisement
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kerap menggigit kuku cenderung memiliki sifat perfeksionis dan sulit merasa puas dengan pekerjaan yang dilakukan secara santai.
"Setidaknya satu dari lima dewasa muda usia 17 sampai 35 tahun memiliki kebiasaan menggigit kuku. Ia mengungkapkan bahwa kebiasaan ini cenderung memengaruhi perempuan daripada laki-laki," ungkap dokter dari DTAP Clinic Singapura Julian Hong dilansir dari Channel News Asia.
Menggigit kuku dapat terjadi secara spontan atau mungkin merupakan perilaku yang terfokus. Biasanya dimulai pada anak usia dini dan meningkat selama masa remaja. Meskipun mungkin berlanjut hingga dewasa, perilaku tersebut paling sering menurun seiring bertambahnya usia.
nda mungkin berjalan untuk mempertahankan berat badan sekaligus menjaga kesehatan. Tapi, Anda juga bisa berjalan kaki untuk memperkuat tulang. Berjalan kaki bisa menurunkan risiko tulang keropos sebanyak 30 persen,
Bukan Sekadar Kebiasaan, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental
Onikofagia diklasifikasikan dalam DSM-5 sebagai bagian dari Body-Focused Repetitive Behaviors (BFRBs). Artinya, kebiasaan ini termasuk dalam kelompok gangguan obsesif-kompulsif ringan.
Dalam banyak kasus, menggigit kuku juga dikaitkan dengan kondisi psikologis lainnya seperti ADHD, depresi, gangguan kecemasan, hingga sindrom Tourette.
Menurut Healthline, penderita onikofagia kerap merasa tegang sebelum menggigit kuku dan merasakan rasa bersalah atau malu setelah melakukannya.
Advertisement
Dampak Menggigit Kuku Bagi Kesehatan
Tak hanya soal penampilan, kebiasaan menggigit kuku juga membawa risiko medis. Berikut dampak kesehatan yang bisa muncul jika kebiasaan ini terus berlanjut:
-
Infeksi kulit dan jamur di sekitar kuku
-
Penyebaran bakteri dan virus dari jari ke mulut
-
Kerusakan permanen pada kuku, gigi, hingga gusi
-
Masalah pencernaan akibat tertelannya potongan kuku yang kotor
-
Infeksi internal, termasuk bakteri usus dan bahkan cacing kremi
Penyebab Kebiasaan Menggigit Kuku
Kebiasaan menggigit kuku dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
- Faktor genetik: Riwayat keluarga yang memiliki kebiasaan serupa dapat meningkatkan kemungkinan seseorang juga menggigit kuku.
- Tanggapan terhadap stres: Menggigit kuku sering kali menjadi cara untuk mengatasi stres atau kebosanan yang dialami seseorang.
- Lingkungan: Kebiasaan ini dapat terbentuk sejak masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa, dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebiasaan orang di sekitar.
Advertisement
Cara Menghentikan Kebiasaan Menggigit Kuku
Berikut beberapa teknik yang dapat membantu Anda menghentikan kebiasaan menggigit kuku:
- Gunakan sarung tangan: Sarung tangan dapat menjadi penghalang yang efektif untuk menjaga kuku agar tidak tergigit.
- Cat kuku anti gigit: Menggunakan cat kuku dengan rasa pahit dapat mengurangi dorongan untuk menggigit kuku.
- Lakukan perawatan manikur: Menjaga kuku tetap pendek dan rapi dapat mengurangi keinginan untuk menggigitnya.
- Identifikasi pemicu: Kenali situasi atau emosi yang memicu kebiasaan ini dan cari solusi alternatif untuk mengatasinya.
Dengan langkah-langkah ini, Anda dapat mulai mengurangi kebiasaan menggigit kuku dan menjaga kesehatan kuku serta kulit di sekitarnya.