Sukses

700.000 Warga di Wilayah Pendudukan Rusia Kembali Nikmati Listrik Usai Serangan Ukraina

Zaporizhzhia dan Kherson adalah dua wilayah yang diklaim Rusia sebagai bagian dari negaranya, meski sebagian wilayah tersebut masih berada di bawah kendali Ukraina.

Diperbarui 04 Jun 2025, 16:03 WIB Diterbitkan 04 Jun 2025, 16:03 WIB

Liputan6.com, Kyiv - Petugas darurat di wilayah selatan Ukraina yang dikuasai Rusia berhasil memulihkan aliran listrik untuk sedikitnya 700.000 warga pada Selasa (3/6), setelah sebelumnya jaringan energi lumpuh akibat serangan artileri dan drone Ukraina.

Kementerian Energi Rusia menyatakan bahwa seluruh pelanggan kini telah kembali mendapatkan pasokan listrik, berkat kerja sama teknisi dari berbagai daerah. Serangan yang menargetkan wilayah Zaporizhzhia dan Kherson itu disebut sebagai salah satu yang terbesar sejak invasi Rusia dimulai pada Februari 2022.

Zaporizhzhia dan Kherson adalah dua wilayah yang diklaim Rusia sebagai bagian dari negaranya, meski sebagian wilayah tersebut masih berada di bawah kendali Ukraina. Moskow menyatakan kehadirannya di sana bertujuan melindungi etnis Rusia dan penutur bahasa Rusia, sementara Kyiv menolak narasi tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk perampasan wilayah, dikutip dari laman Japan Today, Rabu (4/6/2025).

Serangan terbaru ini terjadi hanya beberapa jam setelah delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di Turki untuk membahas kemungkinan perdamaian. Dalam pertemuan itu, Rusia mengajukan syarat berat: Ukraina harus menyerahkan wilayah yang telah direbut dan menerima pembatasan terhadap ukuran militernya.

Sementara itu, kondisi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, fasilitas nuklir terbesar di Eropa yang dikuasai Rusia sejak 2022, dilaporkan masih terkendali meskipun dalam kondisi sulit. Pengelola menyebut tingkat radiasi tetap normal, dan saat ini reaktor beroperasi dalam kondisi non-aktif tanpa menghasilkan listrik.

Pemadaman Meluas di 2 Wilayah

Gubernur Zaporizhzhia yang ditunjuk Rusia, Yevgeny Balitsky, melaporkan bahwa lebih dari 600.000 orang di hampir 500 permukiman terdampak pemadaman akibat kerusakan pada infrastruktur listrik tegangan tinggi. Di wilayah Kherson, gubernur Vladimir Saldo menyatakan bahwa jatuhnya puing-puing dari drone Ukraina menghantam dua gardu induk, memutus pasokan listrik bagi lebih dari 100.000 penduduk di 150 kota dan desa.

Di tempat terpisah, serangan Rusia terhadap kota Sumy di timur laut Ukraina menewaskan tiga orang dan melukai 28 lainnya, termasuk tiga anak-anak, menurut laporan otoritas darurat setempat. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan brutal yang secara langsung menyasar wilayah sipil.

“Rusia meluncurkan serangan brutal ke Sumy — langsung menargetkan jalan-jalan kota dengan roket artileri,” tulis Zelenskyy di media sosial.

Serangan tersebut merusak sejumlah bangunan, termasuk apartemen, rumah pribadi, gudang, dan bahkan fasilitas rumah sakit. Moskow belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait laporan ini.

Kedua belah pihak saling menuduh telah menyerang sasaran sipil, meskipun ribuan warga sipil—kebanyakan warga Ukraina—telah menjadi korban sejak konflik dimulai.

 

2 dari 2 halaman

Risiko di PLTN Zaporizhzhia Masih Tinggi

Selama musim dingin, serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina menyebabkan pemadaman berulang di berbagai kota dan desa. PLTN Zaporizhzhia juga menjadi titik panas yang diperebutkan kedua pihak, dengan kekhawatiran berulang soal kemungkinan terjadinya kecelakaan nuklir.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut tidak menemukan indikasi bahwa Rusia akan mengaktifkan kembali pembangkit tersebut dan menyambungkannya ke jaringan listrik Rusia. Menurut Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, reaktivasi pembangkit saat ini tidak memungkinkan karena ketiadaan pasokan air pendingin dan stabilitas listrik yang dibutuhkan.

IAEA tetap menempatkan pengawasnya secara permanen di PLTN Zaporizhzhia serta sejumlah fasilitas nuklir lain di Ukraina sebagai bagian dari upaya pencegahan risiko kecelakaan.