Liputan6.com, Gaza - Kapal Freedom Flotilla Coalition (FFC) yang mencoba menerobos blokade Israel atas Gaza dilaporkan diserang di perairan internasional.
"Kapal Madleen saat ini diserang di perairan internasional. Sejumlah quadcopter (drone) mengelilingi kapal, menyemprotnya dengan zat berwarna putih seperti cat. Komunikasi terganggu dan suara-suara mengganggu diputar melalui radio," demikian unggahan dari akun Instagram @gazafreedomflotilla pada Senin (9/6/2025) pukul 06.50 WIB.
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Minggu (8/6) memerintahkan militer untuk menghentikan kapal yang turut mengangkut aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg.
Advertisement
"Saya telah menginstruksikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk bertindak agar Madleen … tidak mencapai Gaza," kata Katz seperti dilansir CNA.
"Kepada Greta yang antisemitisme dan teman-temannya yang menyuarakan propaganda Hamas, saya katakan dengan tegas: Lebih baik kalian berbalik arah karena kalian tidak akan sampai ke Gaza."
Greta mengatakan bahwa dirinya bergabung dalam pelayaran Madleen untuk menantang pengepungan ilegal Israel dan kejahatan perang yang semakin meningkat di Gaza, serta menyoroti kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan. Dia menolak tuduhan antisemitisme yang sebelumnya juga dilontarkan oleh pihak Israel.
Membawa Bantuan
Katz mengatakan bahwa blokade laut sangat penting untuk keamanan nasional Israel dalam upaya mereka memusnahkan Hamas.
"Negara Israel tidak akan mengizinkan siapa pun untuk membobol blokade laut terhadap Gaza, yang tujuan utamanya adalah mencegah pengiriman senjata ke Hamas," klaim Katz.
Menurut FFC, Madleen membawa bantuan dalam jumlah simbolis, termasuk beras dan susu formula bayi.
Juru bicara pers FFC, Hay Sha Wiya, mengatakan pada Minggu bahwa kapal tersebut saat ini berada sekitar 296 km dari Gaza.
"Kami sedang bersiap untuk kemungkinan intersepsi," ujarnya.
Selain Thunberg, terdapat 11 anggota kru lainnya di atas kapal, termasuk Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa asal Prancis.
Media Israel melaporkan bahwa militer berencana untuk mencegat kapal tersebut sebelum tiba di Gaza dan menggiringnya ke pelabuhan Israel di Ashdod. Para awak kapal kemudian akan dideportasi.
Pada tahun 2010, pasukan komando Israel membunuh 10 orang penumpang kapal Turki, Mavi Marmara, yang sedang memimpin armada kecil menuju Gaza.
Advertisement