Sukses

3 Syarat Shalat Idul Adha yang Wajib Diketahui Agar Sah, Harus Dipenuhi Umat Muslim

Shalat Idul Adha adalah ibadah sunnah muakkadah. Ketahui syarat shalat Idul Adha agar ibadah Anda sah dan diterima Allah SWT.

Diperbarui 06 Jun 2025, 00:01 WIB Diterbitkan 06 Jun 2025, 00:01 WIB

Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Adha menjadi momen penuh makna bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain menyembelih hewan kurban, umat Muslim juga melaksanakan ibadah salat khusus di pagi hari. Agar ibadah tersebut sah dan diterima, penting bagi setiap individu untuk memahami syarat shalat Idul Adha. Pengetahuan ini menjadi dasar utama dalam menunaikan kewajiban dengan benar dan sesuai tuntunan agama.

Dalam praktiknya, syarat shalat Idul Adha memiliki beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah waktu pelaksanaan yang hanya dimulai setelah matahari terbit dan sebelum masuk waktu zuhur. Hal ini membedakan salat Id dari ibadah lainnya, sehingga pemahaman tentang waktu yang tepat sangatlah penting bagi para jamaah.

Bukan hanya itu, lokasi pelaksanaan juga sering menjadi pertimbangan. Meski lebih utama dilakukan di lapangan terbuka, salat ini tetap sah jika dilaksanakan di masjid karena kondisi tertentu. Dengan mengetahui syarat shalat Idul Adha, umat Islam dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tanpa mengurangi nilai ibadah yang dilakukan.

Kesempurnaan ibadah tidak hanya ditentukan oleh niat dan pelaksanaannya, tetapi juga oleh persiapan sebelumnya. Mengenal syarat shalat Idul Adha secara menyeluruh akan membantu setiap Muslim menjalankan ritual keagamaan ini dengan rasa tenang dan keyakinan penuh. Berikut ini syarat dan tata cara salat Idul Adha yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (5/6/2025).

2 dari 5 halaman

Syarat Utama Shalat Idul Adha yang Sah

Shalat Idul Adha merupakan salah satu ibadah sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam pada hari raya Idul Adha. Meski tidak bersifat wajib, pelaksanaan shalat ini memiliki keutamaan besar serta nilai-nilai spiritual yang mendalam. Agar ibadah ini dapat dijalankan dengan benar dan memperoleh kesempurnaan, penting bagi setiap Muslim untuk memahami ketentuan-ketentuan dasarnya, termasuk syarat sah dalam pelaksanaannya. Berikut ini adalah penjabaran mengenai beberapa syarat penting dalam pelaksanaan shalat Idul Adha:

1. Dikerjakan Setelah Matahari Terbit dengan Waktu yang Tepat

Syarat pertama yang harus diperhatikan adalah waktu pelaksanaan shalat Idul Adha. Shalat ini tidak boleh dilakukan sembarangan waktu, melainkan memiliki ketentuan khusus yang telah dijelaskan oleh para ulama berdasarkan tuntunan Rasulullah SAW.

Waktu yang tepat untuk memulai shalat Idul Adha adalah setelah terbitnya matahari dan mencapai ketinggian kurang lebih satu tombak atau sekitar 15 hingga 20 menit setelah terbit matahari. Hal ini berdasarkan ijma’ ulama yang menyatakan bahwa shalat Id baru boleh dilakukan setelah matahari tidak lagi berada di ufuk secara langsung.

Batas waktu shalat ini berlangsung hingga mendekati waktu zawal, yaitu masuknya waktu Zuhur. Namun, para ulama menganjurkan agar shalat Idul Adha dilaksanakan di waktu yang lebih awal. Hal ini dikarenakan setelah shalat, umat Islam disunnahkan untuk segera melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Dengan melaksanakan shalat di pagi hari, umat Islam memiliki cukup waktu untuk menjalankan ibadah kurban sesuai syariat.

2. Dikerjakan Secara Berjamaah Lebih Utama daripada Sendiri

Meskipun secara hukum shalat Idul Adha tetap sah apabila dilakukan secara sendiri (munfarid), akan tetapi dalam pelaksanaannya sangat dianjurkan untuk dilakukan secara berjamaah. Hal ini bertujuan agar semangat kebersamaan dan nilai sosial dalam hari raya bisa terasa lebih kuat.

Imam Syafi’i dalam kitabnya Al-Iqna’ fi Fiqh Asy-Syafi’i menjelaskan bahwa pelaksanaan shalat Idul Adha secara berjamaah di tempat terbuka, seperti lapangan atau tanah lapang, lebih utama dibandingkan dilakukan sendiri atau di dalam masjid, kecuali jika kondisi tertentu tidak memungkinkan.

Dengan berjamaah, umat Islam tidak hanya menjalankan ibadah secara pribadi, tetapi juga membangun ukhuwah Islamiyah dan semangat persatuan. Suasana khidmat dan kebersamaan dalam shalat berjamaah ini menjadi ciri khas tersendiri dari pelaksanaan Idul Adha di tengah umat.

3. Disertai dengan Khutbah Setelah Shalat

Salah satu perbedaan mendasar antara shalat Idul Adha dengan shalat Jumat terletak pada urutan khutbah. Pada shalat Jumat, khutbah dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diikuti oleh shalat. Sementara itu, dalam shalat Idul Adha, khutbah disampaikan setelah pelaksanaan shalat.

Meskipun khutbah ini hukumnya sunnah, sangat dianjurkan bagi jamaah untuk tetap duduk dan mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh khatib. Hal ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW yang memberikan kebebasan bagi jamaah, namun menunjukkan bahwa menyimak khutbah memiliki nilai keutamaan tersendiri.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Abdullah bin As-Sa’ib berkata:

عن عبد الله بن السائب قال: شهدت مع رسول الله SAW العيد، فلما قضى الصلاة قال: إنا نخطب، فمن أحب أن يجلس للخطبة فليجلس، ومن أحب أن يذهب فليذهب. (HR. Abu Daud, no. 1155)

Artinya: “Aku pernah menghadiri shalat hari raya bersama Rasulullah SAW. Setelah shalat, beliau bersabda: ‘Kami akan menyampaikan khutbah. Siapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan pergi.’”

3 dari 5 halaman

Syarat Umum Shalat Idul Adha: Islam, Baligh, dan Suci

Salat Idul Adha merupakan salah satu bentuk ibadah yang penuh makna dan sarat dengan nilai spiritual. Setelah selesai melaksanakan salat Id, umat Islam sangat dianjurkan untuk melanjutkannya dengan berdoa secara khusyuk. Momen ini menjadi saat yang sangat istimewa karena termasuk waktu-waktu yang mustajab untuk memanjatkan permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam suasana yang penuh ketenangan dan kesucian hati setelah beribadah bersama-sama, setiap doa yang dipanjatkan memiliki kemungkinan besar untuk dikabulkan.

Membaca doa setelah salat Idul Adha bukan sekadar tradisi atau kebiasaan, tetapi merupakan bentuk nyata dari penghambaan dan ketergantungan seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam doa, seorang Muslim menumpahkan segala harap, mengakui kelemahan diri, serta memohon perlindungan dan keberkahan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Doa menjadi sarana untuk memperkuat ikatan batin dengan Allah SWT dan menunjukkan sikap syukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.

Salah satu bentuk doa yang dianjurkan untuk dibaca seusai salat Idul Adha adalah doa tolak bala. Doa ini dipanjatkan sebagai permohonan perlindungan dari berbagai bentuk keburukan, musibah, fitnah, dan bencana, baik yang tampak di hadapan mata maupun yang tersembunyi. Di tengah berbagai ujian kehidupan yang datang silih berganti, doa ini menjadi perisai spiritual yang sangat penting untuk dilantunkan dengan penuh kesungguhan.

Berikut ini adalah teks bacaan doa tolak bala yang bisa dibaca setelah salat Idul Adha:

Allahummadfa' 'annal ghalaa'a wal balaa'a wabaa'a wal fahsyaa'a wal munkara was suyuufal mukhtalifata wasy syadaa'ida wal mihana maadhahara minhaa wa maabaathana min balaadinaa haadhaaa khaassatan wa min buldaanil muslimiina aammatan. Innaka 'alaa kulli syai'in qadiir.

Artinya: "Ya Allah Tuhan kami, hindarkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemungkaran, sengketa yang beraneka ragam, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan tersembunyi di negara kami khususnya, dan di negara kaum muslimin umumnya. Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu."

4 dari 5 halaman

Niat dan Tata Cara Shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha terdiri dari dua rakaat dan memiliki beberapa perbedaan dari shalat sunnah biasa. Berikut tata cara pelaksanaannya:

1. Niat

Niat dilakukan dalam hati, namun boleh juga dilafalkan seperti berikut,

أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى

Usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini mustaqbilal qiblati imaman / makmuuman lillaahi ta’aalaa

Artinya: "Aku berniat salat sunnah Idul Adha dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah Ta'ala."

2. Takbiratul Ihram

Mengucapkan "Allahu Akbar" sekali seperti biasa saat memulai shalat.

3. Takbir Tambahan

Setelah takbiratul ihram, dilakukan takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama, dan 5 kali pada rakaat kedua. Di antara setiap takbir disunnahkan membaca,

سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ

Subhanallahi walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar

Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar."

4. Membaca Al-Fatihah dan Surat Lain

Setelah takbir selesai, dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah dan surat lainnya seperti Al-A’la (QS. Al-A’la: 1–19) di rakaat pertama dan Al-Ghasyiyah (QS. Al-Ghasyiyah: 1–26) di rakaat kedua, mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

5. Melanjutkan Rukun Shalat

Selanjutnya, shalat dilanjutkan seperti biasa:

- Ruku’ dan I’tidal

- Sujud dua kali dengan duduk di antaranya

- Rakaat kedua dimulai dengan 5 takbir tambahan

Dilanjutkan dengan bacaan dan gerakan seperti rakaat pertama Tasyahud akhir dan salam

6. Mendengarkan Khutbah

Setelah salam, dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang berisi nasihat dan pesan keagamaan, terutama terkait makna kurban dan keikhlasan.

5 dari 5 halaman

FAQ Seputar Syarat Shalat Idul Adha

1. Kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat Idul Adha?

Shalat Idul Adha dilaksanakan setelah matahari terbit setinggi satu tombak (sekitar 15–20 menit setelah matahari terbit) dan berakhir sebelum masuk waktu zawal (waktu Zuhur). Dianjurkan untuk dilaksanakan lebih awal agar umat Islam memiliki cukup waktu untuk menyembelih hewan kurban.

2. Apakah shalat Idul Adha wajib dilakukan secara berjamaah?

Tidak wajib, namun sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk dilakukan secara berjamaah, baik di lapangan terbuka maupun masjid. Pelaksanaan secara berjamaah lebih sesuai dengan sunnah Nabi SAW dan menguatkan nilai kebersamaan umat.

3. Bolehkah melaksanakan shalat Idul Adha sendiri di rumah?

Boleh. Jika seseorang tidak bisa mengikuti shalat berjamaah karena alasan tertentu (sakit, hujan lebat, pandemi, atau halangan syar’i lainnya), maka ia boleh melaksanakan shalat Idul Adha secara munfarid (sendiri) di rumah. Ia tetap mendapatkan pahala insyaAllah, meskipun keutamaannya tidak sebesar berjamaah.

4. Apakah khutbah dalam shalat Idul Adha itu wajib?

Tidak wajib. Khutbah dalam shalat Idul Adha hukumnya sunnah, dan dilakukan setelah shalat, bukan sebelumnya seperti dalam shalat Jumat. Meskipun tidak wajib, disarankan bagi jamaah untuk mendengarkan khutbah karena berisi nasihat dan pengingat ketaqwaan.

5. Bagaimana urutan pelaksanaan shalat Idul Adha?

Urutan pelaksanaan shalat Idul Adha adalah:

  • Niat shalat Idul Adha
  • Takbiratul ihram
  • Membaca takbir tambahan sebanyak 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua
  • Membaca Al-Fatihah dan surat pendek
  • Rukuk, sujud, dan gerakan seperti shalat biasa
  • Setelah salam, dilanjutkan dengan khutbah Idul Adha oleh khatib