Sukses

Perang India - Pakistan, Munculkan Ancaman Nyata bagi Ekonomi Indonesia?

Konflik India-Pakistan berdampak signifikan pada ekonomi Indonesia, terutama penurunan ekspor batu bara dan minyak sawit, serta potensi gangguan rantai pasokan global.

Diperbarui 08 Mei 2025, 19:32 WIB Diterbitkan 08 Mei 2025, 19:32 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Perang antara India dan Pakistan, yang meletus baru-baru ini, menimbulkan kekhawatiran global, termasuk Indonesia. Meskipun secara geografis jauh, konflik berskala besar ini berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada sektor ekspor komoditas utama. Pertanyaan utamanya adalah: Apa dampaknya, siapa yang terdampak, di mana dampaknya terasa, kapan dampaknya muncul, mengapa terjadi dampak ini, dan bagaimana Indonesia dapat mengatasinya?

Anggota Komisi I DPR, Dave Laksono, menekankan dampak perang ini terhadap Indonesia. "Konflik apapun itu pasti akan berdampak buruk pada regional dan juga Indonesia, mengingat India dan Pakistan merupakan salah satu trading partners kita yang cukup signifikan di berbagai macam sektor," ujarnya. Ia menambahkan bahwa ketegangan di wilayah tersebut akan berdampak signifikan pada perdagangan Indonesia dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia perlu mendorong perdamaian dan diplomasi untuk menyelesaikan konflik ini.

Dampak langsung mungkin tidak sebesar negara-negara tetangga, tetapi dampak tidak langsungnya patut diwaspadai. Penurunan ekspor komoditas utama seperti batu bara dan minyak kelapa sawit menjadi ancaman nyata bagi perekonomian Indonesia. Gangguan rantai pasokan global juga berpotensi meningkatkan biaya logistik dan memicu inflasi. Situasi ini memaksa Indonesia untuk mempertimbangkan kembali strategi ekonomi dan politik luar negerinya.

2 dari 4 halaman

Ancaman terhadap Ekspor Komoditas Utama

India merupakan pasar ekspor batu bara terbesar kedua bagi Indonesia. Konflik ini menyebabkan pengalihan anggaran pemerintah India ke sektor pertahanan, sehingga mengurangi permintaan batu bara impor, termasuk dari Indonesia. Data menunjukkan penurunan ekspor batu bara ke India yang signifikan, mencapai 31,42% pada Maret 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini juga terjadi pada ekspor minyak kelapa sawit (CPO) ke India dan Pakistan, yang merupakan pasar ekspor penting bagi Indonesia.

Penurunan permintaan akibat konflik akan berdampak negatif pada kinerja ekspor sektor ini. Indonesia perlu mencari pasar alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada India dan Pakistan. Diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi penting untuk menghadapi situasi ini.

Selain itu, Pakistan juga mengalami penurunan impor batu bara dari Indonesia, meskipun bukan karena perang, melainkan karena kebijakan pemerintah Pakistan yang mendorong pemanfaatan batu bara lokal. Hal ini menunjukkan pentingnya Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing produknya di pasar global.

3 dari 4 halaman

Dampak pada Rantai Pasokan dan Harga Minyak Dunia

Konflik India-Pakistan berpotensi mengganggu rantai pasokan global, meningkatkan biaya logistik, dan memicu inflasi. Kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi terjadi karena kedua negara merupakan konsumen energi utama. Hal ini akan berdampak negatif bagi Indonesia sebagai negara pengimpor minyak.

Pemerintah Indonesia perlu memonitor perkembangan harga minyak dunia dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap perekonomian nasional. Langkah-langkah ini dapat berupa subsidi atau pengaturan harga bahan bakar minyak.

Ketegangan geopolitik juga dapat mendorong kenaikan harga emas dunia, yang berimbas pada pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga emas logam mulia di Indonesia. Hal ini perlu diantisipasi dengan kebijakan moneter yang tepat.

4 dari 4 halaman

Potensi Pelemahan Rupiah dan Penurunan Investasi Asing

Konflik dapat meningkatkan persepsi risiko investasi di Indonesia, sehingga investor asing mungkin akan mencari alternatif investasi di negara lain yang lebih stabil. Hal ini dapat menyebabkan penurunan investasi asing langsung (FDI) yang berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pemerintah perlu meningkatkan upaya untuk menarik investasi asing dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif dan memberikan insentif kepada investor. Transparansi dan kepastian hukum menjadi kunci untuk menarik investor asing.

Meskipun perdagangan Indonesia dengan Pakistan relatif kecil, dampak tidak langsung konflik terhadap perekonomian Indonesia tetap perlu diwaspadai. Pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif untuk meminimalisir risiko, seperti diversifikasi pasar ekspor dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Perang India-Pakistan menimbulkan ancaman nyata terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada sektor ekspor komoditas utama seperti batu bara dan minyak sawit. Pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif untuk meminimalisir risiko dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Meskipun dampak langsung mungkin tidak sebesar negara-negara tetangga, dampak tidak langsungnya patut diwaspadai dan memerlukan strategi mitigasi yang tepat.