Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk mengerahkan 700 personel aktif marinir ke Los Angeles, Senin (9/6/2025). Pengerahan marinir untuk membantu personel pasukan Garda Nasional dan kepolisian setempat mengatasi aksi unjuk rasa yang memprotes penangkapan puluhan orang oleh agen imigrasi federal. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan pengerahan personel marinir dikarenakan meningkatnya ancaman terhadap petugas penegak hukum federal dan gedung-gedung federal. Sekitar 700 personel aktif marinir dikerahkan ke Los Angeles untuk memulihkan ketertiban. Sebelumnya, kehadiran Garda Nasional terjadi setelah dua hari aksi protes yang dimulai pada Jumat (6/6/2025) di pusat Los Angeles, menyusul penangkapan lebih dari 40 orang oleh otoritas imigrasi federal di berbagai lokasi di kota tersebut.

Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa warga sipil di Jalur Gaza menjadi sasaran serangan pasukan Israel saat berupaya mendapatkan makanan di pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Rafah. Dalam pernyataannya pada Sabtu (7/6/2025), UNRWA mengatakan warga Palestina justru menghadapi serangan dari militer Israel di pusat-pusat distribusi bantuan tersebut sehingga nyawa mereka terancam. Berdasar data Kantor Media Gaza, sejak 27 Mei hingga 6 Juni 2025, serangan militer Israel di lokasi distribusi bantuan itu telah menewaskan 110 warga Palestina dan melukai 583 lainnya. UNRWA menegaskan pentingnya segera mengaktifkan kembali distribusi bantuan yang aman bagi warga Gaza. Bantuan tersebut harus disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi PBB, termasuk UNRWA.

9 Juni 2025, warga Gaza ramai-ramai menuju lokasi distribusi bantuan kemanusiaan di kamp Bureij, Jalur Gaza Tengah, yang berbulan-bulan diblokade Israel. Mereka berkumpul untuk mendapat bantuan kemanusiaan saat truk-truk yang membawa barang bantuan tiba di titik distribusi di kamp Bureij, Jalur Gaza Tengah. Sebelumnya, pada Sabtu (7/6/2025), pemerintah di Jalur Gaza menyatakan kesiapan penuh untuk mengamankan konvoi bantuan kemanusiaan. Kesiapan tersebut untuk memastikan distribusi berjalan lancar kepada warga Gaza yang mengalami kelaparan ekstrem akibat perang berkepanjangan. Selain itu, pemerintah di Jalur Gaza juga menekankan komitmen untuk melindungi bantuan dari pencurian, kekacauan, atau penyimpangan, serta menjamin penyaluran sesuai protokol Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Sebagai informasi, sejak Jumat 6 Juni 2025, Yayasan Kemanusiaan Gaza—kelompok yang didukung Amerika Serikat dan Israel yang mengoperasikan lokasi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza—telah menghentikan seluruh kegiatan operasionalnya. Mereka meminta warga menjauhi lokasi distribusi bantuan demi alasan keselamatan. Sebelumnya, militer Israel memperingatkan bahwa mendekati pusat distribusi itu dianggap sebagai zona pertempuran.

Ketegangan di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) memuncak pada Minggu (8/6/2025) ketika ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan sebagai respons terhadap pengerahan pasukan Garda Nasional oleh Presiden Donald Trump. Mereka memblokir jalan bebas hambatan utama dan membakar kendaraan. Sejumlah polisi berkuda berpatroli di jalan, sementara yang lain mengenakan perlengkapan anti huru-hara berbaris di belakang pasukan Garda Nasional yang dikerahkan untuk melindungi fasilitas-fasilitas federal. Sementara, aparat penegak hukum lainnya menggunakan gas air mata, peluru karet, dan granat kejut untuk mengendalikan kerumunan massa. Bentrokan ini terjadi pada hari ketiga demonstrasi menentang tindakan keras Presiden AS Donald Trump terhadap imigran di wilayah tersebut. Kedatangan Garda Nasional terjadi setelah dua hari protes yang dimulai pada Jumat (6/6/2025) di pusat kota, lalu menyebar pada Sabtu (7/6) ke Paramount—sebuah wilayah di selatan Los Angeles. Untuk diketahui, ketegangan meningkat setelah serangkaian razia yang dilakukan oleh otoritas imigrasi pada hari sebelumnya. Dalam sepekan, jumlah penangkapan imigran di kota tersebut telah melampaui angka 100.

Untuk menghindari cuaca panas, warga Palestina yang mengungsi meninggalkan tenda pengungsian dan berkumpul di salah satu pantai di kota Gaza pada 8 Juni 2025. Diketahui, pantai di Gaza menjadi satu-satunya lokasi pelarian bagi orang-orang yang tinggal di sana, terutama saat musim panas. Mereka memanfaatkan pantai tersebut sebagai tempat untuk menghibur diri di tengah berlangsungnya perang antara Israel dan milisi Hamas. Sebelum perang Israel dan Milisi Hamas berkecamuk, warga Gaza memiliki tempat wisata satu-satunya yakni pantai yang menawarkan keindahan Laut Mediterania. Pantai tersebut selalu dipadati pengunjung dari berbagai kalangan, mulai anak muda hingga keluarga, sehingga pada saat ramai pengunjung, pantai Gaza nampak seperti sedang mengadakan suatu festival.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal mengerahkan 2.000 tentara untuk mengatasi aksi protes yang meningkat terhadap operasi penegakan imigrasi di wilayah Los Angeles. Pengerahan garda nasional untuk mengatasi protes imigrasi di Los Angeles (LA) menimbulkan beragam kecaman. Gubernur California Gavin Newsom menyebut langkah untuk mengerahkan garda nasional sebagai langah penghasutan dan mengatakan hal itu hanya akan meningkatkan ketegangan. Sebelumnya, U.S. Immigration and Customs Enforcement/ICE atau otoritas imigrasi AS pada Sabtu (7/6/2025) memperluas operasi penegakan imigrasi ke Paramount, di tenggara Los Angeles. Sejumlah laporan menyebut, agen-agen federal bentrok dengan massa yang marah di pinggiran kota Los Angeles ketika protes meluas hingga malam kedua pada hari Sabtu (7/6/2025). Pengunjuk rasa menembakkan granat flash-bang dan menutup sebagian jalan bebas hambatan di tengah-tengah penggerebekan terhadap para migran tidak berdokumen.

Lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza menghadapi krisis kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan. Hal ini sebagai imbas dari peperangan yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 silam dan blokade bantuan yang dilakukan Israel sejak 2 Maret 2025. Israel telah membuka akses bantuan sejak 19 Mei 2025 namun dengan jumlah yang dibatasi. Kacaunya proses distribusi bantuan yang tidak berjalan semestinya telah menjadi sorotan dan kekhawatiran dunia internasional. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan lainnya telah menolak untuk bekerja sama dengan Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah kelompok bantuan swasta yang didukung oleh Amerika Serikat, dengan alasan kekhawatiran kehadiran GHF dirancang untuk memenuhi tujuan militer Israel.

Lee Jae-myung resmi menjabat sebagai Presiden Korea Selatan pada 4 Juni 2025. Mantan buruh dan Gubernur Gyeonggi ini terpilih sebagai Presiden Baru Korea Selatan usai memenangi pemilu Korea Selatan yang dilaksanakan pada 3 Juni 2025 kemarin. Lee Jae-myung berhasil mengalahkan kandidat dari kubu konservatif, Kim Moon-soo, dengan perolehan suara yang cukup signifikan, yaitu 49,42% berbanding 41,15%. Diketahui, pemilu Korea Selatan ini diadakan setelah pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol. Sebagai Presiden Baru Korea Selatan, Lee Jae-myung menyatakan bahwa dirinya akan menjalankan tugas sebagai presiden dan membawa persatuan bagi negara. Lee Jae-myung juga berjanji akan menghidupkan kembali perekonomian dan mencari perdamaian dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir melalui dialog dan kekuatan.

Setelah lebih kurang enam bulan dilanda krisis dan ketidakpastian politik yang disertai perpecahan, warga Korea Selatan akhirnya memberikan hak suaranya untuk memilih presiden baru pada Selasa (3/6/2025). Pemilu digelar untuk menentukan pengganti Presiden Yoon Suk Yeol, yang sempat mengumumkan darurat militer pada Desember tahun lalu, sebelum akhirnya dimakzulkan. Tempat pemungutan suara resmi dibuka sejak Selasa (3/6/2025) pagi waktu setempat. Antusiasme warga yang ikut memberikan hak suaranya terlihat cukup tinggi. Diketahui, banyak dari warga Korea Selatan yang menganggap pemilu ini sebagai momen krusial setelah berbulan-bulan diguncang kekosongan kepemimpinan menyusul proses pemakzulan Yoon Suk Yeol, dan investigasi menyeluruh terhadap langkah-langkah darurat yang diambilnya. Hasil akhir pemilihan kemungkinan akan diketahui paling cepat pada Selasa 3 Juni 2025 malam hari atau Rabu 4 Juni 2025 pagi waktu setempat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Gaza kini menjadi tempat paling kelaparan di dunia. Terhambatnya operasi dan distribusi bantuan kemanusiaan meningkatkan risiko kelaparan massal di seluruh wilayah Gaza. Meski Israel telah melonggarkan blokade bantuan pada 19 Mei 2025 atau setelah lebih dari dua bulan penutupan total, PBB menyatakan bahwa volume bantuan yang berhasil masuk masih jauh dari cukup. Dalam sepekan terakhir, hanya sekitar 10% dari kebutuhan minimum harian warga Gaza yang terpenuhi. Distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza pun mengalami sejumlah hambatan. Di mana dari 900 truk bantuan yang disetujui, hanya 600 yang berhasil dibongkar. Pejabat regional dari kantor kemanusiaan PBB, Jonathan Whittall menyebut bahwa penyaluran bantuan terkendala oleh banyak faktor, seperti rute yang tidak layak, keterlambatan izin dari otoritas, dan kerumunan massa yang tak terkendali. Meningkatnya kekerasan di sepanjang jalur distribusi juga memperburuk situasi.

Meski Israel telah melonggarkan blokade bantuan pada 19 Mei 2025 setelah lebih dari dua bulan penutupan total, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan bahwa volume bantuan yang berhasil masuk ke sejumlah wilayah Gaza masih jauh dari cukup. Kepala Badan Pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Philippe Lazzarini menyoroti minimnya jumlah truk bantuan yang berhasil masuk. Dalam akun media sosialnya, X, ia menulis sebanyak 900 truk dalam seminggu terakhir hanya mencakup sedikit lebih dari 10% dari kebutuhan harian. Kelaparan akut yang mencengkeram Gaza akibat blokade total Israel berubah menjadi keputusasaan kolektif, ketika ratusan warga berkerumun menyerbu truk-truk bantuan yang membawa makanan. Kerumunan warga berasal dari kabar bahwa makanan akan tiba.

Longsor gletser yang melanda Desa Blatten, Swiss, menyumbat aliran Sungai Lonza di Lembah Alpen. Sumbatan memicu terbentuknya danau dan meningkatkan risiko banjir, mendorong otoritas setempat memperluas kesiagaan evakuasi. Sebelumnya, pada 28 Mei 2025, Gletser Birch di wilayah Valais selatan Swiss runtuh. Reruntuhan menjatuhkan jutaan meter kubik es, lumpur, dan longsoran batu serta potongan kayu pohon Cemara yang menghantam desa Blatten yang berada tepat di lembah. Sebagian rumah masih berdiri, namun lainnya terendam. Beruntung, desa berpenduduk sekitar 300 jiwa itu telah dievakuasi sebelum Gletser Birch pecah. Saat ini, warga Blatten masih berjuang menghadapi besaran kehancuran yang ditinggalkan banjir bandang. Sejumlah ilmuwan menyebut peristiwa ini menjadi bukti nyata dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem di kawasan pegunungan Alpen.

Instalasi pakaian dan mainan anak-anak tersebar di sepanjang jalan Carmo di pusat kota Lisbon, Portugal, Jumat, 30 Mei 2025. Pemasangan instalasi pakaian dan mainan untuk menarik perhatian masyarakat luas terkait situasi dan kondisi anak-anak di Gaza. Dalam sebuah pernyataan pada 1 April 2025, organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang berfokus pada perlindungan dan bantuan bagi anak-anak di seluruh dunia, (UNICEF) mengatakan bahwa setelah hampir 18 bulan perang, lebih dari 15.000 anak dilaporkan tewas, 34.000 lainnya terluka. Sementara itu, hampir satu juta anak di Gaza telah mengungsi berulang kali dan tidak mendapat layanan dasar. Sebagian besar anak-anak mengungsi, dan berlindung di tenda-tenda darurat atau rumah-rumah yang rusak. UNICEF mendesak anak-anak yang sakit atau terluka harus dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis yang layak.

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, mengatakan pada 30 Mei 2025 bahwa sudah waktunya untuk menggunakan kekuatan penuh di Gaza. Pernyataan tersebut disampaikan setelah Hamas menolak proposal gencatan senjata terbaru yang didukung Amerika Serikat (AS). Sementara itu, anggota biro politik Hamas Bassem Naim, pada Kamis 29 Mei 2024 menyatakan bahwa versi terbaru proposal tersebut hanya berarti lanjutan pembunuhan dan kelaparan serta tidak memenuhi tuntutan utama rakyat Palestina, yaitu menghentikan perang di Gaza. Diketahui, Israel kembali melanjutkan agresinya di Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025 atau setelah jeda dua bulan berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari 2025. Sementara itu, jumlah korban tewas akibat agresi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 terus meningkat menjadi 54.056 orang dan 123.129 lainnya luka-luka.

Sejak 25 Mei 2025 lalu, Rusia terus meningkatkan intensitas serangan udara terbesarnya yang menyebabkan puluhan korban jiwa. Untuk diketahui, perang Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun atau tepatnya sejak 24 Februari 2022. Sejak itu, Rusia terus melancarkan serangan udara dengan menghujani sejumlah kota, termasuk Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Alih-alih mendorong gencatan senjata atau duduk di meja perundingan, Presiden Rusia Vladimir Putin justru menggandakan intensitas serangan ke Ukraina sejak 25 Mei 2025. Dengan gelombang rudal dan drone, serangan udara Rusia menghantam sejumlah bangunan dan fasilitas umum di kota besar, seperti Kharkiv, Mykolaiv, Ternopil, serta di sekitar Ibu Kota Kyiv.

Aktivis organisasi non-pemerintah Choose Love Europe berunjuk rasa di luar Gedung Parlemen, London, Inggris pada 29 Mei 2025. Dalam aksi yang dilakukan sepanjang hari, organisasi non-pemerintah Choose Love Europe membacakan nama-nama lebih dari 15.000 anak yang menjadi korban tewas di Gaza. Sementara itu, data terbaru dari kementerian kesehatan pada Kamis 29 Mei 2025 menyebutkan setidaknya 54.249 warga Palestina tewas dan 123.492 lainnya luka dalam serangan besar-besaran Israel sejak 7 Oktober 2023 di Gaza. Angka kematian yang telah diverifikasi sejauh ini menunjukkan, hampir 70 persen adalah wanita dan anak-anak.