Liputan6.com, Yogyakarta - Upacara adat tunggul wulung merupakan salah satu bentuk upacara bersih desa di Sendangagung, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Upacara ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur sekaligus doa memohon perlindungan kepada Tuhan.
Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, upacara adat tunggul wulung dimaksudkan sebagai doa agar warga sekitar senantiasa mendapat berkah, kesejahteraan, dan perlindungan dari bencana. Selain itu, upacara ini juga merupakan simbol penghormatan terhadap Ki Ageng Tunggul Wulung.
Ki Ageng Tunggul Wulung merupakan seorang tokoh yang dipercaya sebagai bangsawan dari Kerajaan Majapahit. Masyarakat sekitar percaya bahwa ia merupakan perantara dalam memohon kesejahteraan hidup dan perlindungan dari bencana kepada Tuhan.
Advertisement
Baca Juga
Dari sanalah, upacara adat ini berasal. Perlahan, upacara adat tunggul wulung pun menjadi warisan yang dilaksanakan rutin sebagai tradisi turun-temurun.
Biasanya, upacara adat tunggul wulung dilaksanakan pada Jumat Pon, setelah musim panen sekitar Agustus. Pelaksanaannya rutin sekali dalam setahun.
Pemilihan Jumat Pon merujuk pada peristiwa moksa Ki Ageng Tunggul Wulung beserta istri dan seluruh pengikut serta binatang peliharaannya. Jumat Pon kemudian dianggap sebagai hari sakral oleh masyarakat setempat.
Peristiwa moksa terjadi saat proseso tirakat di bawah pohon timoho di dekat Sungai Progo di Dukuhan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Lokasi tersebut kemudian diberi tanda nisan, layaknya makam. Masyarakat setempat kerap berziarah ke tempat tersebut sekaligus melakukan tirakat, terutama pada malam Jumat Pon.
Masih berkaitan dengan makam tersebut, konon pernah terjadi suatu peristiwa hilangnya seorang penari tayub. Saat itu, ia sedang melaksanakan tirakat untuk memperoleh keselamatan dan penglarisan.
Sejak saat itu, di lokasi tersebut juga digelar upacara adat ini yang disertai dengan tayub dan sesaji. Inti tayuban bertujuan untuk kesuburan dan wajib dilaksanakan dalam rangkaian pelaksanaan. Upacara ini juga sebagai pengesah atau legitimasi dalam upacara bersih desa.
Â
Sendang Beji
Prosesi upacara adat ini diawali dari Sendang Beji atau Diro menuju petilasan moksa Ki Tunggul Wulung. Pada waktu yang bersamaan, dari Kantor Desa Sendangagung juga diberangkatkan semua hasil panen yang ada di wilayah tersebut dengan diiringi kesenian tradisional.
Setelah sampai di pertigaan dusun Dukuhan, kedua iring-iringan diarak bersama menuju tempat moksa Ki Tunggul Wulung. Sebelum dibawa ke rumah juru kunci, terlebih dulu diadakan upacara dan tari tayub, kenduri, dan dilanjutkan ziarah ke petilasan moksa Ki Tunggul Wulung.
Nantinya, di sana juga digelar tari tayub. Kemudian pada malam hari diadakan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.
Pada 2019, upacara adat tunggul wulung telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Saat itu, sebanyak 30 karya budaya dari DIY ditetapkan sebagai WBTB.
Penulis: Resla
Advertisement