Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat reli signifikan pada Kamis (15/5), menembus kembali level psikologis 7.000 dan ditutup menguat 0,86% atau 60,28 poin ke posisi 7.040,16. Katalis utama dari penguatan ini datang dari mencairnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Kesepakatan baru antar dua ekonomi terbesar dunia tersebut memberikan kepastian yang sangat dibutuhkan oleh pasar global.
Sentimen positif ini mendorong pelaku pasar untuk kembali memburu aset berisiko, termasuk saham-saham Indonesia. Ketegangan geopolitik yang sebelumnya menjadi batu sandungan kini mulai mereda, memberi ruang bagi arus modal untuk kembali mengalir deras ke emerging markets, termasuk Indonesia. IHSG pun langsung merespons dengan lonjakan volume transaksi dan antusiasme beli di berbagai sektor.
Baca Juga
“Sentimen positif datang dari mencairnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang memberi angin segar bagi pasar global, termasuk Indonesia,” jelas Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana kepada Liputan6.com, Jumat (16/5/2025).
Advertisement
Sektor Energi Meledak, Saham Komoditas Jadi Primadona
Meredanya tensi global menjadi angin segar bagi sektor energi, yang langsung mencatatkan penguatan tajam. Saham-saham seperti PT Ratu Prabu Energi Tbk (RATU), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CUAN), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan lonjakan signifikan. Kenaikan ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap peningkatan permintaan global atas energi.
Harga komoditas energi seperti batubara dan minyak bumi juga diperkirakan kembali menguat, seiring membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi global pasca kesepakatan AS-Tiongkok. Selain itu, faktor teknikal turut memperkuat dorongan beli. Banyak saham energi yang sebelumnya underperform atau tertinggal (lagging) kini menjadi incaran investor institusi.
“Rebound teknikal yang terjadi juga memperkuat momentum beli, terlebih di saham-saham energi yang cenderung lagging namun kini mulai mendapat perhatian institusional,” kata Hendra
Advertisement
Dana Asing Rp 4 Triliun Serbu Saham Perbankan
Sektor perbankan juga mencatat performa gemilang dalam dua hari terakhir, menjadi salah satu motor utama penggerak IHSG. Investor asing mencatatkan net buy hampir Rp 4 triliun, dengan saham-saham blue chip seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi target utama akumulasi. Fenomena ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap ketahanan sektor keuangan Indonesia.
Tingginya minat pada sektor perbankan tak lepas dari prospek pertumbuhan kredit yang solid, serta posisi bank-bank besar yang dinilai mampu mengelola risiko di tengah volatilitas global. Sektor ini dianggap sebagai benteng stabilitas pasar dan salah satu sektor defensif terbaik yang dimiliki bursa Indonesia saat ini.
“Investor asing mencatatkan net buy hampir Rp4 triliun dalam dua hari terakhir, dengan saham-saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi tujuan utama akumulasi,” terang Hendra.
Peluang Masih Terbuka, Saham-Saham Ini Layak Dicermati
Melihat derasnya aliran dana asing ke pasar modal, terutama di sektor energi dan keuangan, IHSG dinilai masih berpotensi melanjutkan penguatan menuju resistance di level 7.075–7.100. Namun, investor tetap diimbau untuk waspada terhadap aksi ambil untung jangka pendek yang bisa menekan harga.
Di tengah tren teknikal yang menguat dan dukungan sentimen makro, sejumlah saham direkomendasikan untuk dicermati. BBRI layak trading buy dengan target Rp4.400 karena fundamental kuat dan inflow asing yang masif. Dari sektor consumer goods, CMRY juga masuk radar dengan target Rp4.700 berkat kinerja yang solid dan prospek konsumsi domestik yang cerah.
“BBRI direkomendasikan trading buy dengan target Rp 4.400, didukung kuatnya fundamental sektor perbankan dan inflow asing yang besar,” ungkap Hendra. “Sementara itu, BUMI layak untuk trading buy dengan target spekulatif Rp 140, seiring momentum restrukturisasi dan sentimen teknikal yang membaik,”.
Advertisement